Headlines News :
Home » » DR. IR. SOEKARNO (1901-1970)

DR. IR. SOEKARNO (1901-1970)

Written By Admin on Minggu, 22 Agustus 2010 | 09.58

      Ir. Soekarno, proklamator dan Presiden Pertama RI dilahirkan di Surabaya pada tanggal 6 Juni 1901. Setamat Hogere Burgerschool (HBS atau SMP dan SMA), ia melanjutkan pendidikannya di Technische Hoge School (THS) di Bandung. Pada tahun 1925 ia menamatkan pendidikannya dan memperoleh gelar insinyur.
     Tesis Soekarno tentang konstruksi pelabuhan dan jalanan air ditambah dengan teorinya tentang perencanaan kota memiliki nilai penemuan dan keaslian yang begitu tinggi. Karena prestasinya itu, dia ditawari sebagai asisten dosen dari Profesor Wolf Schoemaker dan juga ditawarkan kepadanya pekerjaan di pemeriritahan kota. Semuanya ditolak sebab ia berkeyakinan "pemuda sekarang harus merombak kebiasaan untuk menjadi pegawai kolonial segera setelah memperoleh gelarnya. Kalau tidak begitu, kami tidak akan merdeka selama-lamanya".

Murid Pak Cokro
     Sejak duduk di HBS, dia sudah terlibat dalam pergerakan dengan mengikuti kegiatan dan ceramah HOS. Cokroaminoto, pemimpin Sarekat Islam. Dalam otobiografinya Soekarno mengakui: "Pak Cok (H.O.S. Cokroarninoto-pen.) adalah pujaanku. Aku muridnya Secara sadar atau tidak sadar ia menggemblengku. Aku duduk dekat kakinya dan diberikannya kepadaku buku-bukunya, diberikannya kepadaku miliknya yang berharga..."
Pribadi Cokroaminoto sangat berpengaruh dalam diri Soekarno, karena bukan hanya dia pemah mondok (in de kost) di rumah tokoh S .1. itutetapi lebih-lebih lewat pandangan danvisi politiknya. Setelah beberapa lama bekerja sebagai guru di Sekolah Kesatrian milik Dr. Setiabudi, pada tanggal 26 Juli 1926 ia mendirikan Biro Teknik dengan teman sekelasnya Ir. Anwari. Sebagai insinyur, dia sebetulnya dapat hidup kaya dan mapan tetapi perjuangan yang dipilihnya. Untuk mengajak seorang teman dan isterinya ke warung sekedar minum kopi tubruk kesukaannya dan makan peuyeum (tape), dia harus menjual sebuah artikelnya seharga Rp 2,-.

Resiko Perjuangan
     Dengan dukungan enam orang temannya dari Algemene Studfeclub antara lain Mr. Iskaq Tlokrohadisuryo, dr. Cipto Mangunkusumo, Mr. Budiarta, dan Mr. Sunaryo. pada tanggal 4 Juli 1927 ia mendirikan Partai Nasionai Indonesia (PNI). Tujuan partai itu adalah kemerdekaan Indonesia sepenuhnya. Karena kegiatan politik bersama dengan rekan-rekan seperjuangan, ia ditangkap dan ditahan di penjara Bantjeuj, di tengah kota Bandung. Setelah diadili, ia dijatuhi hukuman empat tahun penjara tetapi pada tanggal 31 Desember 1931 dibebaskan kembali. Pembebasan yang dipercepat itu terjadi karena protes keras dari berbagai pihak termasuk orang-orang Belanda sendiri. Direktur Penjara Sukamiskin bertanya kepadanya apakah dia akan memulai "hidup baru". Soekarno dengan tenang menjawab: "Seorang pemimpin tidak berubah karena hukuman. Saya masuk penjara untuk memperjuangkan kemerdekaan dan saya meninggalkan penjara dengan pikiran yang sama".
     Ancaman penjara memang tidak membuataya jera dan menurunkan semangat juangnya. Kegiatan politik dalam organisasi politik, pidato-pidatonya yang menggelegar, serta guratan penanya yang tajam menyebabkan tokoh ini ditangkap lagi pada tahun 1933. Soekarno selama beberapa bulan dikurung dalam sebuah sel khusus di penjara Sukamiskin. Sel khusus itu dibuat di tengah-tengah ruangan besar yang telah di-kosongkan. Di sebuah sel sempit dalam ruangan yang besar, ia seorang diri menjalani hukuman kurungan. Delapan bulan lamanya Soekarno hidup seperti seorang pertapa yang bisu. Setelah dikurung, dia dibuang ke Flores yang sering disebutnya sebagai "Pulau Bunga". Di salah satu kampung nelayan di Kota Ende telah dipilih sebagai penjara terbuka baginya yang ditentukan oleh Gubernur Jendral. Kampung itu mempunyai penduduk sebanyak lima ribu jiwa dengan keadaannya masih terbelakang. Di samping kekosongan kerja, kesepian dan ketiadaan kawan Soekarno juga menderita suasana tertekan yang hebat sekali. Flores baginya merupakan puncak penganiayaan pada awal pembuangan itu ditambah dengan penyakit malaria yang menjangkiti tubuhnya sampai ia tidak mampu bangkit dari tempat tidurnya. Berita tentang penyakit Soekarno itu menimbulkan banyak protes sehingga setelah selama lima tahun mendekam di "Pulau Bunga" itu, pada bulan Februari 1938 dia dipindahkan ke Bengkulu.
     Sebagai seorang tokoh pergerakan, pembuangan dan penderitaan yang dialaminya tidak melumpuhkan daya juangnya. Pada waktu menghadapi berbagai kesulitan, dia selalu mengatakan pada dirinya sendiri:
 "Soekamo, kesakitan yang kau rasakan sekarang hanyalah merupakan kerikil di jalan raya menuju kemerdekaan. Langkahilah dia. Kalau engkau jatuh karenanya, berdirilah engkau kembali dan terus berjalan".
     Jepang yang menyerbu Sumatera pada tanggal 12 Februari 1942 dan kemudian menduduki seluruh kepulauan Nusantara membebaskan Soekamo dari hukuman pembuangan.

Puncak perjuangan
     Kedatangan Jepang membawa perubahan dalam mentalitas rakyat dalam menghadapi penjajahan. Bangsa kulit putih yang sering dianggap lebih unggul akhirnya hanya merapakan "macan kertas yang dengan mudah ditundukkan Jepang. Kekejaman tentara Jepang juga makin menyadarkan rakyat akan pentingnya kemerdekaan yang harus diperjuangkan. Di samping itu, harapan akan kemerdekaan ditiupkan oleh tentara pendudukan. Selama pendudukan Jepang itu, Soekamo bersama Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara memimpin Pusat Tenaga Rakyat (Putera) yang dibentukuntukmobilisasi kekuatan rakyat. Bantuan rakyat itu sangat diperlukan oleh Jepang dalam menghadapi Perang Pasifik.
     Setalah Jepang menyerali kepada Sekutu, Soekamo bersama Hatta atas nama Bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. la diangkat sebagai Presiden RI pertama Berbagai krisis dan kesulitan dihadapinya seperti Pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS) sesudah Konferensi Meja Bundar (KMB), berbagai pergolakan daerah, dan Dekrit 5 Juli 1959 yang memaksa Presiden untuk membubarkan parlemen hasil Pemilu 1955. Sampai akhir tahun 1950-an Soekamo merupakan figur yang mempersatukan berbagai kelompok dan aliran politik di bumi Indonesia Soekamo sebagai Presiden yang tidak memiliki basis kekuatan pada salah satu partai berupaya keras menjaga keseimbangan di antara kekuatan-kekuatan politik yang ada.
     Krisis yang diakibatkan oleh Peristiwa G 30 S/PKI sangat memerosotkan pamornya Kemampuannya sebagai penggalang kesatuan (solidarity maker) dengan program Trikora (Tri Komando Rakyat) untuk membebaskan Irian Barat dan Dwikora (Dwi Komando Rakyat) untuk menggagalkan terbentuknya Federasi Malaysia dijalankan untuk mengembalikan reputasinya. Namun peristiwa G 30 S itu juga menjadi salah satu
sebab tersingkimya dari panggung politik nasional. Soekamo dengan semangat revolusinya tergeser digantikan oleh kepemimpinan Angkatan Darat dengan konsep dwi fungsi dan program pembangunan ekonominya.
     Soekamo wafat di RS Gatot Subroto pada tanggal 21 Juni 1970 ditunggui anak-anaknya setelah beberapa tahun menjalani tahanan rumah. Sebelum dimakamkan di Blitar banyak pelayat dari mancanegara yang datang. Salah satu di antara tamu itu adalah Tengku Abdul Rahman Putera, mantan Perdana Menteri Malaysia, musuh bebuyutannya dalam Politik Konfrontasi. Tengku Abdul Rahman berujar: "seorang sahabat yang baik telah pergi".
     Dengan kepergiannya, orang diingatkan akan jasa-jasanya yang besar. Presiden Soeharto pemah berkomentar perihal tokoh ini: "kita harus mikul duwur mendem jero (menjunjung tinggi jasa-jasanya dan melupakan kekhilafannya)."

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Moslem Template | Moslem Channel
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Tip Trik Facebook dan Blog - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Moslem Channel