Pada masa awal pendudukan Jepang, ada rencana mengirim Hatta yang dianggap anti-Jepang bersama seorang Jepang bernama Miyoshi, seorang juru bahasa, ke Bandung. Dalam perjalanan di daerah Puncak, akan dibuat suatu tabrakan yang fatal bagi Hatta dan juru bahasa itu. Miyoshi yang sadar bahwa dirinya akan turut menjadi korban mengajukan satu usul kepada Mayor Jendral Yamamoto, Direktur Urusan Umum Pemerintahan, agar dilakukan penyelidikan lebih dahulu terhadap Hatta. Untuk itu, Letnan Kolohel Murase, Kepala Urusan Umum Kempetai mewawancarai Hatta dengan dihadiri Miyoshi, Murase bertanya apakah Hatta anti-Jepang. Hatta menjelaskan bahwa ia tidak anti-Jepang tetapi anti-imperialisme, termasuk imperialisme Jepang, seperti yang dipraktekkan Jepang pada tahun 1930 dalam menghadapi Cina.
Hatta pernah membicarakan persoalan imperialisme Jepang itu dengan Hayashi Kyujiro, penasihat sipil untuk pemerintahan Jepang, yang setuju bahwa dalam hal tertentu, perang Jepang bersifat imperialistis. Murase jelas tersinggung oleh pernyataan Hayashi, tetapi tidak bisa menyangkalnya di depan seorang Indonesia.
Rencana pembunuhan itu diurungkan tetapi Hatta yang dilahirkan di Bukit Tinggi pada tanggal 12 Agustus 1902 itu masih harus mempelajari Nippon Seishin (semangat Jepang) agar lebih memahami tujuan Jepang melancarkan perang. Murase terkesan terhadap Hatta yang dilukiskannya sebagai orang yang "dingin" tetapi "lurus" dan "terus terang".
Dimulai Sejak Menjadi Mahasiswa
Setelah lulus dari Prins Hendrik School (Sekolah Dagang Belanda), ia memperoleh beasiswa untuk belajar di Handels Hogeschool (Sekolah Tinggi Dagang) di Rotterdam, Negeri Belanda. Di negeri itu, dia bertemu dengan rekan-rekannya dari Indonesia. Flat Subardjo yang lapang di kota Leiden merupakan tempat pertemuan yang disukai para mahasiswa Indonesia. Hatta sering tinggal di tempat itu pada liburan akhir pekan. Di dinding flat tergantung bendera merah putih dengan gambar banteng di tengah-tengahnya. Sebelum duduk, biasanya mahasiswa Indonesia diminta untuk berdiri dan mengheningkan cipta sebentar di depan bendera tersebut. Mereka selalu diingatkan harus lulus demi Indonesia.,
Para mahasiswa itu tergabung dalam Perhimpunan Mahasiswa yang kemudian diganti pada tahuri 1922 dengan nama Perbimpunan Indonesia (Indonesische Vereeniging). Hatta diminta untuk menduduki jabatan
sebagai bendahara dan dewan redaksi majalah kelompok itu yang bernama Indonesia Merdeka. Sebagai mahasiswa, kepribadian Hatta ditandai dengan disiplin dirt yang kuat dan pandangan Islamnya yang
puritan. Umumnya pembicaraan para anggota perhimpunan itu terpusat pada topik topik sosial-dansa, pacar, obrolan biasa di kalangan anak muda tetapi kalau Hatta memasuki ruangan, arah pembicaraan langsung
berabah. Senda gurau ringan beralih menjadi diskusi mendalam yang lebih bersifat akademik., Hatta dalam suatu kesempatan pernah menyatakan mengenai sikapnya itu bahwa sementara mahasiswa Eropa dapat mencurahkan waktu mereka untuk bersenang-senang , orang Indonesia harus mempersiapkan diri sendiri untuk memenuhi tugas membebaskan rakyatnya dari penderitaan dan kesengsaraan.
Pejuang Sejati
Hatta diangkat menjadi ketua perhimpunan Indonesia pada tahun 1926 yang dipandang oleh pemerintah Belanda sebagai "kegiatan-kegiatan agitator di Belanda yang bisa meyebabkan pertentangan berdarah". Karena kegiatan politik Pemimpin Indonesia, Hatta bersama rekannya Nazir Datuk Pamuhtjak, Ali Sastroamidjojo, dan Abdoel Madjid Djojodiningrat ditangkap pada tahun 1927. Mereka dihadapkan ke pengadilan pada tahun 1928 ( didmpingi pembela mereka yang piawai Dr. J.E.W. Duys, seorang anggota Parlemen dari Partai Buruh-Sosialis Belanda dan pengacara Keputusan pengadilan memutuskan bahwa para tokoh perhimpunan itu tidak terbukti bersalah dan harus dibebaskan. Kegiatan mahasiswa dalam gerakan mahasiswa itu sangat banyak menyita waktunya sehingga masa studinya yang direneanakan lima tahun berubah menjadi sebelas tahun. Namun demikian, dia tidak pernah menyesalinya Sekembalinya di Tanah Air, Hatta pada tahun 1932 menggabungkan diri dengan PNI Baru. Sementara itu, Soekarno setelah keluar dari penjara menggabungkan diri dengan Partindo (Partai Indonesia). Kedua partai itu saling bersaing. Persaingan itu sering dianggap sebagai persaingan pribadi antara dua orang tokoh, Hatta dan Soekarno.
Hatta menegaskan bahwa perselisihan itu muncul karena Partindo menolak dasar kedaulatan rakyat yang telah menjadi "darah daging" anggota PNI. Partai-partai. politik pada waktu itu saling bersaing karena adanya perbedaan persepsi dan strategi perjuangan, di samping masalah ideologi. Hatta bersama enam anggota PNI Baru karena aktivitas politiknya ditangkap dan pada bulan Januari 1935 diasingkan ke Boven Digul, Irian Barat. Laporan-laporan surat kabar asing melukiskan tempat hukuman itu sebagai "kolam neraka di mana malaria dan demam berdarah pada saatnya akan memusnahkan koloni itu". Pada bulan November 1935 karena berbagai protes, pemerintah Belanda memerintahkan pemindahan Hatta dan Syahrir ke Banda Neira. Di tempat pembuangan baru itu, mereka bertemu dengan dr. Tjipto Mangunkusumo dan Iwa Kusuma sumantri. pada tanggal 1 Februari 1942, Hatta dan Syahrir dengan ' memakai pesawat ampibi Amerika, Catalina, dipindahkan ke Jawa. Kira-kira sebulan kemudian, Belanda menyerah kalah dengan Jepang. Kekalahan Belanda itu menyebabkan Hatta bebas.
Soekarno - Hatta
Soekarno tiba di Jawa dari pembuangannya pada tanggal 9 Juli 1942. la dan keluarganya menginap di rumah Hatta. Hal itu menunjukkan bahwa isu yang telah memisahkan pada masa lampau dapat dikesampingkan. Syahrir bergabung dengan kedua orang itu dalam pembicaraan-pembicaraan awal mereka Dukungan Hatta dan Syahrir mempertebal kepercayaan diri Soekarno. Pertemuan itu merupakan awal dari periode kemitraan politik yang membuat mereka digelari Dwitunggal. Masa pendudukan Jepang tidak membuat hidup Hatta lebih mudah. Hal itu terbukti adanya usaha pembunuhan atas dirinya yang diurungkan dan berbagai tekanan politik yang harus dipikulnya
Bersama Soekarno dan para tokoh lainnya, ia memimpin Kantor Pusat Tenaga Rakyat. Meskipun ia menunjukkan sikap yang kooperatif terhadap tentara pendudukan, namun ia tetap menjalin hubungan dengan gerakan bawah tanah seperti Syahrir. Setelah Jepang menyerah kepada Sekutu maka pada tanggal 17 Agustus 1945 Bung Hatta bersama Bung Karno atas nama Rakyat Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia la dipilih sebagai Wakil Presiden RI dan beberapa kali memimpin kabinet sebagai perdana menteri. Pada tahun 1949, Hatta memimpin delegasi Indonesia dalam Konperensi Meja Bundar di Den Haag, Negeri Belanda Hasil konferensi itu adalah pengakuan kedaulatan dari Pemerintah Belanda kepada Republik Indonesia
Bapak Koperasi
Salah satu jasanya yang penting adalah rumusan dalam pasal 33 UUD 1945. la mengajukan pandangan mengenai pentingnya koperasi, baik sebagai konsep ekonomi maupun untuk membangun kekuatan golongan ekonomi lemah,
Hatta mengetahui bahwa pedagang dan petani Indonesia rentan terhadap konsorsium internasional dan sistem pasar dunia. Meskipun menentang individualisme, ia tidak pemah menyarankan agar individu tidak boleh memiliki hak untuk berdagang atau memiliki kekayaaan pribadi. Penekanan dalam kebijakan ekonomi yang dirumuskannya itu merapakan perlindungan bagi anggota masyarakat yang lemah di dalam proses ekonomi.
Perbedaan Visi
Kemitraan dengan Soekarno menyatu dalam periode perjuangan melawan kekuatan asing. Ketika tajuan kemerdekaan telah tercapai, konfliktentang bagaimana Indonesia akan diatur muncul di antara mereka. Perpecahan kedua orang itu diperbesar oleh eksploatasi partai-partai politik yang terus mengadakan koalisi untuk membentuk kabinet. Perbedaan dalam masalah pembentukan kabinet dan masuknya PKI dalam kabinet serta visi tentang berbagai masalah pembangunan yang berbeda dengan Soekarno menyebabkan Hatta mengundurkan diri dari jabatan Wakil Presiden RI.
Meskipun sudah tidak aktif di tampuk pimpinan negara dan panggung politik tetapi Hatta tidak pernah absen dari permasalahan negaranya. Berbagai ceramah dan diskusi dengan generasi muda masih terus dilakukannya. Sebagai tokoh sejarah ia bagaikan sumur pengetahuan dan gagasan yang tiada habis-habisnya ditimba oleh bangsanya. Tokoh proklamator ini wafat pada tanggal 14 Maret 1980 di Jakarta. Jenazahnya dimakamkan di Pemakaman Umum Tanah Kusir Jakarta.
Home »
Pahlawan Bangsa
» DR. MOHAMMAD HATTA (1902-1980)
DR. MOHAMMAD HATTA (1902-1980)
Written By Admin on Minggu, 22 Agustus 2010 | 10.30
Label:
Pahlawan Bangsa
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !