Headlines News :
Home » , » PENGORBANAN BESAR

PENGORBANAN BESAR

Written By Admin on Kamis, 22 Juli 2010 | 10.07

     Ki Ageng Jangrana masih keturunan Ki Ageng Brondong atau Pangeran Lanang Dangiran. Dalam sejarah disebutkan bahwa Ki Ageng Jangrana adaiah salah seorang yang ikut membantu pentahtaan Pangeran Puger. Oieh Pangeran Puger kemudian dia diangkat sebagai Adipati Kliwon, artinya dia membawahi kadipaten yang besar yang meliputi sepanjang pesisir Lamongan hingga ke pesisir Blambangan (Banyuwangi). Pangeran Puger waktu itu menjabat sebagai Susuhunan Pakubuwana I.
     Pada suatu ketika, Ki Ageng Jangrana bersama Adipati Cakraningrat dari Madura dipanggil oleh Susuhunan Pakubuwana I untuk menghadap. "Ada tugas apakah kiranya sehingga Tuanku Susuhunan Pakubuwana mau memanggi! hamba datang ke Kartasura?" tanya Ki Ageng Jangrana begitu menghadap di ruang pertemuan.
     "Maafkan aku Paman berdua, bila panggilaniku mengejutkan hati Paman berdua. Ada tugas yang hendak kulimpahkan kepada Paman berdua."
     "Tugas apakah itu, Tuanku?" tanya Adipati Cakraningrat. "Begini, Paman berdua. Beberapa waktu lalu kompeni Belanda datang kemari. Mereka minta bantuanku untuk menangkap Untung Suropati yang sekarang terang-terangan menentang penjajah Belanda. Ada pun maksudku menugaskan Paman berdua ini untuk ikut membantu kompeni Belanda menangkap Untung Suropati hanya sebagai siasat agar Mataram tidak dituduh membantu Untung Suropati."
     Dengan terpaksa, Ki Ageng Jangrana dan Adipati Cakraningrat bergabung dengan kompeni Belanda untuk menangkap Untung Suropati. Dalam suatu pertempuran, Untung Suropati terbunuh dan mayatnya dibakar serta diinjak-injak hingga hancur oleh tentara kompeni Belanda. Berselang lama kemudian Adipati Cakraningrat pun menyusul wafat karena usianya telah lanjut. Karena kompeni Belanda yang telah membunuh Untung Suropati, Kerajaan Mataram menjadi semakin benci kepada tentara kompeni Belanda. Ki Ageng Jangrana yang sudah sering bergabung dengan tentara kompeni Belanda banyak tahu kalau orang-orang Belanda itu sering melakukan tipu musiihat untuk menaklukkan musuh-musuhnya. Bahkan, tak jarang melakukan adu domba di antara sesamanya. Namun, Ki Ageng Jangrana pun menyadari kedudukan Kerajaan   
     Mataram yang sama sekali tak berdaya menghadapi kompeni Belanda. Ki Ageng Jangrana kemudian menghimpun kekuatan untuk melakukan pemberontakan terhadap kompeni Belanda.
     "Selama ini kita hanya diadu domba di antara saudara sendiri. Sekarang marilah kita bersatu untuk mengusir bangsa Belanda itu dari tanah Jawa ini!" kata Ki Ageng Jangrana kepada teman-temannya. Rupa-rupanya niat Ki Ageng Jangrana untuk memberontak terhadap kompeni Belanda sudah tercium oleh tentara Belanda. Ki Ageng Jangrana dianggap kompeni Belanda sebagai seorang adipati yang mempunyai kekuasaan sangat besardi Surabaya dan sekitarnya. Jadi, kalau sampai
melakukan pemberontakan dapat membahayakan kepentingan-kepentingan dari Beianda. Lalu, Beianda pun datang ke Mataram dan meminta kepada Susuhunan Pakubuwana I agar Ki Ageng Jangrana dibunuh saja. Beianda pun mengancam, kalau Mataram tidak mau membunuh Ki Ageng Jangrana, kompeni Beianda tidak akan mau lagi memberi bantuan keamanan bagi Kerajaan Mataram. Kabar tentang kehendak kompeni Belanda untuk membunuh Ki Ageng Jangrana yang menjabat sebagai Adipati Surabaya itu telah tersebar luas dan membuat sedih rakyat Mataram. Ki Ageng Jangrana yang juga telah mendengar kabar itu merasa tersinggung dan sangat marah kepada kompeni Beianda. Dia segera mengumpulkan semua pengikut dan teman-temannya untuk melakukan perundingan.
     "Sebaiknya, Tuan Adipati melakukan perlawanan saja bila kompeni Belanda datang hendak menangkap tuanku!" salah seorang pengikut Ki Ageng Jangrana mengusulkan.
     "Betul, Tuanku. Kompeni Beianda itu lebih baik dilawan saja. Memang licik kompeni Beianda itu. Semoga saja orang-orang Mataram tak ada yang mau membantu menangkap Tuan," tambah yang lainnya. Ki Ageng Jangrana sendiri sangat penuh pemikiran. Dia adalah seorang yang bijaksana.
      "Tak mungkin kita menghadapi pasukan kompeni Beianda yang memiliki persenjataan sangat lengkap. Kita tak akan menang. Biarlah aku akan menyerahkan diri saja ke Mataram. Aku tak ingin keselamatan dan kejayaan Mataram terganggu hanya karena aku. Aku rela mati demi kejayaan dan keselamatan Kerajaan Mataram. Untuk itu, biarlah aku serahkan pernerintahan di Kadipaten Surabaya ini kepada adikku, Jayapuspita," kata Ki Ageng Jangrana.
.     "Tapi, Kakak!" Jayapuspita berniat mencegah keinginan kakaknya itu.
      "Sudahlah. Keputusanku tak bisa diubah lagi. Baik-baiklah kamu menjadi penguasa di Surabaya ini adikku. Aku sekarang berangkat!" Semua orang mengantar keberangkatan Ki Ageng Jangrana ke Mataram untuk menerima kematiannya dengan tangis hati yang pilu. Pada waktu itu, Ki Ageng Jangrana telah mempersiapkan segalanya, dia telah memotong rambut, memotong kuku, dan membersihkan sekujur tubuhnya dengan air jernih yang suci, dan pakaian yang dikenakannya adalah yang berwarna putih. Akan tetapi, belum sampai di ruang pertemuan Kerajaan Mataram, Ki Ageng Jangrana telah djkeroyok beramai-ramai oleh rakyat Mataram hingga tewas. Ki Ageng Jangrana tewas terbunuh pada usia 34 tahun. Dia dimakamkan di daerah Kartasura, tepatnya di desa Sentanan. Makamnya oleh rakyat dilindungi dengan pohon-pohon bambu di sekitar makam.


.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Moslem Template | Moslem Channel
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Tip Trik Facebook dan Blog - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Moslem Channel