Headlines News :
Home » , » JOKO DOLOG

JOKO DOLOG

Written By Admin on Kamis, 22 Juli 2010 | 09.30

     Pangeran Situbanda putra Adipati Cakraningrat di Madura dengan diikuti oieh kedua pengawalnya yang bernama Gajah Seta dan Gajah Menggala berlayar ke Kadipaten Surabaya. Sesampainya di Kadipaten Surabaya, ia disambut oleh Adipati Jayengrana dengan baik.
     "Ada maksud apakah kiranya hingga Pangeran mau datang berkunjung ke Surabaya ini?"tanya Adipati Jayengrana kepada Pangeran Situbanda.
     "Maafkan saya, Paman. Kedatangan saya kemari adalah ingin menyampaikan maksud hati saya yang sudah lama terpendam."
     "Maksud apakah itu, Pangeran?"
     "Sudah lama saya menginginkan Adinda Purbawati untuk menjadi istri saya, Paman Adipati."
     Mendengar keterangan dari Pangeran Situbanda itu, Adipati Jayengrana tidak dapat menentukan memutuskan sendiri. la kemudian memanggil anaknya Dewi Purbawati. Kepada anaknya ini diceritakanlah apayang menjadi keinginan dari Pangeran Situbanda.
     Sebenarnya, Dewi Purbawati tidak menyukai pangeran dari Madura itu. Namun, mau menoiak secara langsung, ia tak enak hati mengingat ayahnya dan ayah Pangeran Situbanda merupakan sahabat yang erat.       
     Tak ada cara lain bagi Dewi Purbawati kecuali menolaknya dengan cara halus. Lalu, Dewi Purbawati pun melakukan permintaan yang sebenarnya adalah suatu bentuk penolakan secara halus terhadap pangeran dari Madura itu.
     "Baiklah, Ayahanda. Hamba mau menjadi istri Kakanda Pangeran Situbanda,-asalkan Kakanda Pangeran Situbanda bisa membuka hutan Surabaya agar bisa menjadi perkampungan bagi anak cucu kita di hari nanti!" pinta Dewi Purbawati.
     Pangerari Situbanda tertawa senang mendengar bahwa Dewi Purbawati yang diidam-idamkan itu mau menjadi istrinya walaupun dengan syarat yang tak ringan. Oleh karena itu, Pangeran Situbanda pun menyuruh pengawalnya—Gajah Seta dan Gajah Menggala, pulang untuk mengabarkan kabar gembira ini kepada ayahnya. Pangeran Situbanda sendiri segera menuju hutan Surabaya untuk memulai membabat hutan itu.
     Di Kadipaten Surabaya sendiri waktu itu ada tamu dari Kadipaten Kediri, yaitu Pangeran Jaka Taruna. Karena sudah biasa bermain-main di Kadipaten Surabaya sejak kecil, Pangeran Jaka Taruna segera menuju tempat kediaman Dewi Purbawati. Antara Dewi Purbawati dan Pangeran Jaka Taruna sudah sejak lama saling mencintai.
     Di taman keputren, Pangeran Jaka Taruna melihat Dewi Purbawati kekasihnya itu tengah melamun. Melihat yang datang adalah kekasih hatinya, Dewi Purbawati pun menangis di hadapan Pangeran Jaka Taruna.
     "Apakah yang membuatmu sedih, Dinda?" tanyanya kemudian.
     "Oh, Kanda. Mengapa Kanda tega padaku. Mengapa Kanda tak segera melamarku. Sekarang aku dilamar oleh Kanda Pangeran Situbanda," lapor Dewi Purbawati.
     "Apa? Kakanda Pangeran Situbanda teiah melamarmu? Dan kamu tak menerimanya, "kan?"
     "Tentu saja tidak, Kanda. Tetapi aku mempergunakan satu syarat, aku mau diperistri jika dia mampu membabat hutan Surabaya yang terkenal angker itu," kata Dewi Purbawati
     "Dinda! Kamu belum mengenal kesaktian Kanda Pangeran Situbanda. Tentu dia akan bisa membabat hutari Surabaya dan akan memperistrimu."
     Terkejut Dewi Purbawati mendengar keterangan dari kekasihnya.
     "Kalau begitu, Kanda harus berusaha menghalang-halangi Pangeran Situbanda. Atau Kanda ikut saja membuka hutan Surabaya itu karena hal itu sudah disayembarakan. Siapa yang dapat membabat hutan Surabaya dialah yang berhak memperistri aku."
     Pangeran Jaka Taruna pun segera menghadap pada Adipati Jayengrana untuk mengatakan bahwa antara dia dan Dewi Purbawati sudah lama menjalin hubungan asmara. Karena Dewi Purbawati sudah membuat sayembara untuk membabat hutan Surabaya, Pangeran Jaka Taruna pun ingin mengikuti agar kekasihnya tak jatuh ke tangan orang lain. Adipati Jayengrana tak bisa melarang karena dengan cepat Pangeran Jaka Taruna sudah berlalu dari hadapannya, berlari menuju hutan Surabaya.
     Di dalam hutan Surabaya, Pangeran Situbanda tengah beristirahat dari menebang pepohonan. Tiba-tiba dia mendengar suara orang yang menebang kayu di kejauhan. la segera mencari arah datangnya suara itu.              
     Ternyata yang sedang menebang kayu itu adalah Pangeran Jaka Taruna, putra Adipati Kediri. Pangeran Situbanda pun bertanya apa maksud Pangeran Jaka Taruna ikut-ikutan menebang hutan.
     Pangeran Jaka Taruna mengatakan bahwa dia juga mengikuti sayembara yang diminta oleh Dewi Purbawati. Mendengar hal ini Pangeran Situbanda marah dan menyuruh Pangeran Jaka Taruna pulang. Pangeran Jaka Taruna tak mau meninggalkan hutan itu. Akhirnya, kedua pangeran itu bertarung habis-habisan, mempertaruhkan nyawa demi sang pujaan hati. Dalam pertarungan itu, Pangeran Jaka Taruna berhasil dilemparkan oleh Pangeran Situbanda hingga tersangkut di dahan sebuah pohon yang sangat tinggi.
     Pangeran Jaka Taruna melolong-lolong meminta pertolongan. Namun, Pangeran Situbanda tak ambil peduli dan meninggalkan Pangeran Jaka Taruna. Pangeran Jaka Taruna tak henti-hentinya meminta pertolongan. Pada saat itu, ada seorang pemuda bemama Jaka Jumput yang pekerjaan sehari-harinya mencari dedaunan untuk bahan obat-obatan lewat di bawah pohon tempat Pangeran Jaka Taruna tersangkut.          Mendengar ada suara minta tolong, Jaka Jumput segera mencari-cari arah datangnya suara. Ketika sudah ditemukan, Jaka Jumput pun menolong Pangeran Jaka Taruna dengan menurunkannya dari dahan pohon yang tinggi. Jaka Jumput pun menanyakan hal ihwal sampai Pangeran Jaka Taruna bisa menyangkut di dahan pohon.
      Pangeran Jaka Taruna pun menceritakan semuanya."Andaikan saya bisa mengalahkan orang yang bernama Pangeran Situbanda itu, apakah hadiah yang akan engkau berikan kepadaku?" tanya Jaka Jumput.
"Apa pun yang engkau minta, aku akan memenuhinya Jaka Jumput!" kata Pangeran Jaka Taruna. Jaka Jumput pun bersedia untuk mengusir Pangeran Situbanda. la segera mencari Pangeran Madura itu di hutan Surabaya.
     Ketika sudah bertemu, Jaka Jumput segera menantang Pangeran Situbanda. Merasa ada yang mengganggu pekerjaannya, Pangeran Situbanda marah besar. Apalagi orang itu juga telah menantangnya. Antara Jaka Jumput dan Pangeran Situbanda pun segera terjadi pertarungan. Ternyata ilmu silat dan kesaktian Jaka Jumput jauh melampaui Pangeran Situbanda. Akibatnya, Pangeran Situbanda menjadi bulan-bulanan Jaka Jumput hingga pangeran dari Madura melarikan diri ke arah timur, konon akhirnya Pangeran Madura itu tinggal di sebuah tempat yang sekarang bernama kota Situbondo.
     Pangeran Jaka Taruna yang sedari tadi mengawasi jalannya pertarungan antara Jaka Jumput dengan Pangeran Situbanda. Begitu melihat Pangeran Situbanda kalah serta melarikan diri, ia segera berlari menuju Kadipaten Surabaya. Jaka Jumput yang melihat orang yang ditolongnya melarikan diri segera diikutinya. Sesampai di Kadipaten Surabaya, Pangeran Jaka Taruna melaporkan bahwa Pangeran Situbanda sudah dikalahkannya dan hutan Surabaya sudah terbuka serriua.
     Namun, pada saat itu datang Jaka Jumput yang menyanggah keterangan dari Pangeran Jaka Taruna. "Hambalah yang dapat mengalahkan dan membunuh Pangeran Situbanda, bukan dia," kata Jaka Jumput sambil menunjuk kepada Pangeran Jaka Taruna.
     "Jangan percaya omongannya, Paman Jayengrana. Dialah yang berbohong karena menginginkan hadiah dari Paman Adipati Jayengrana!" bantah Pangeran Jaka Taruna.
     "Hamba tidak berbohong, Kanjeng Adipati. Ini saya membawa pusaka dari Pangeran Situbanda sebagai bukti!" Jaka Jumput menyerahkan keris pusaka Pangeran Situbanda yang telah diambilnya tadi. Adipati Jayengrana mengangguk-angguk membenarkan apa yang dikatakan oleh Jaka Jumput.
     "Mana buktinya kalau kamu yang mengalahkan Pangeran Situbanda, Pangeran Jaka Taruna," tanya Adipati Surabaya itu kepada Pangeran Jaka Taruna. Yang ditanya tak bisa menjawab. "Tapi sayalah yang mengalahkan Pangeran Situbanda Paman Adipati Jayengrono. Anak desa "rtulah yang mengaku-ngaku!"
     "Sudah, untuk membuktikan kebenaran dari kata-kata kalian berdua, kalian harus bertarung. Siapa yang menang, dialah yang telah mengalah Pangeran Situbanda dan berhak memperistri anakku."
     Jaka Jumput dan Pangeran Jaka Taruna pun bertarung. Dalam pertarungan itu Pangeran Jaka Taruna mengumpat-umpat Jaka Jumput karena tidak mau bersabar untuk menerima hadiah darinya. Namun, Jaka-Jumput juga mengumpat Pangeran Jaka Taruna sebagai orang yang tak mau menepati janjinya dan akan menipunya. Ternyata Jaka Jumput memang hebat. Pangeran Jaka Taruna berhasil dikalahkannya dengan Cambuk Gembolo Geni.
     Pangeran Jaka Taruna tergeletak tak berdaya terhampar di tanah. Setelah siuman, Pangeran Jaka Taruna ditanya oleh Adipati Surabaya itu, "Apakah kau memang telah menipu Jaka Jumput yang telah mengalahkan Pangeran Situbanda?"
     Pangeran Jaka Taruna diam saja. Berkali-kali Adipati Jayengrana itu bertanya,tak pernah dijawabnya. Karena jengkelnya, Adipati Jayengrana itu pun berkata dengan marah." Kau ini ditanya diam saja membisu seperti patung!"
     Ajaib! Tiba-tiba Pangeran Jaka Taruna berubah menjadi sebuah patung. Patung ini ada sampai sekarang dan dinamakan Patung Joko Dolog yang dapat dijumpai di depan Kantor Gubernur Jawa Timur. Tapi ini hanyalah dongeng belaka, menurut relief yang terdapat di patung Joko Dolog dapat disimpulkan bahwa patung itu adalah Patung untuk memperingati Prabu Kertanegara dari Singasari
Share this article :

1 komentar:

 
Support : Creating Website | Moslem Template | Moslem Channel
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Tip Trik Facebook dan Blog - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Moslem Channel